Arfah, S.TP (Blognya Anak Teknologi Pertanian)

Selasa, 12 Juni 2012

Ya Allah,, AKu Jatuh Cinta Lagi

Rasa leleh menyellimuti tubuhku saat matahari terbenam di ufuk barat. Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota kelahiranku. Perjalanan dari kampus ke rumahku memang sangat melelahkan. Berutungnya tidak harus setiap hari kekampus untuk bembingan skripsi, satu minggu cukup 2 kali saja. Kalau tidak, tambah kuruslah badanku yg sudah mengering ini. 

Tak terasa, sebentar lagi aku mengukir sejarah, menjadi seorang sarjana Ekonomi pertama dikeluargaku, meski begitu, perjalanan cintaku tidak semulus perjalanan kuliah yang kulalui saat ini.
“Jomblo Sakinah” adalah julukan teman2 kuliah terhadapaku, itu karena suda sebesar ini masih betah menjomblo. Bahkan tidak pernah sekalipun aku mau mendekati lekaki. Mereka sering menggoda dengan candaan mereka yang tekadang membuatku tidak nyaman. Kecuali Vira dan Sisi, dua sahabat karibku.
Kamu terima aja si Joni, lumayan buat ngisi malam minggu yang selalu garing”. Ujar Vira suatu hari saat bertemu dikampus.

“ogah ah. Mending jadi jomblo seumur hidup dari pada menjadi pacarnya!” Jawabku spontan.

“Jilbab... jilbab putih..lambang..kesucian, tulus hati penuh kasih teguh pendirian.....” vira tiba2 menirukan suara joni yang selalu menyanyikan lagu itu dihadapanku. Kamipun tertawa...

Joni adalah penggemar setiaku, sudah lama dia mendekatiku, tapi tak pernah kau menggubrisnya. Setiap bertemu denganku dia selalu menyanyikan lagu kasidah yang berjudul jilbab putih itu. Entah apa alasannya akupun tidak tahu.

“Nah... itu dia yang bikin aku gak suka sama si joni. Dia itu buta warna”, balasku tak mau kalah dengan gurauan vira.

“Hah... Joni but warna?, sisi nyeletuk.

“ya, tu buktinya, kemarin aku pake jilbab biru, dia nyanyinya jilbab putih, hari ini aku pake jilbab pink, masih aj dia nyanyi jilbab putih,  itukan buta warna namanya,,?” candaku, mereka hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengarnya..

“kalau sama pak Taufik”? ujar vira.

Aku tidak menjawab.
Pak taufik adalah dosen di kampusku, dia salah satu dosen muda di sini dan dia pernah mengajak aku menikah, tapi kutolak karena merasa tidak cocok dengannya. satu bulan yang lalu diapun menikah, bukan denganku tentunya.
Aku memang tidak pernah menanggapi serius perkataan vira dan sisi karena mereka memang adalah sahab terbaiku.  Vira sudah menikah 5 tahun lalu, sementara sisi sebentar lagi akan naik pelaminan. Mereka begitu mengerti kondisiku saat ini. Aku sering mencurahkan isi hatiku kepada mereka mengenai keraguanku tentang laki2. Selain mereka, orang2 disekelilingku selalu memandangku sebgai perawan tua.

Dahulu dalam benakku, laki2 adalah buaya yang setiap saat siap menangkap mangsa dengan giginya yang tajam. Aku bahkan tidak percaya dengan laki2. Aku tidak butuh laki2. Aku bisa hidup sendiri tanpa laki2. Sejak setahun lalu, awan mendung seolah menyelimuti dinding2 cintaku. Bagaimana tidak orang yang berjanji akan menikahiku pergi begitu saja seperti ditelan macan. Sebutlah dia seorang tentara, aku muak menyebut namanya saat itu, bahkan esok hari, suatu malam yang menurutku paling menyakitkan dalam hidupku, sebuah kalimat dikirimkan oleh tentara busuk itu melalui SMS :

“saat ini aku ingin lebih konsentrasi dalam karier walaupun harus tanpa kamu. Mudah2an kamu mengerti lupakan aku!”.

Sesak rasanya dada ini menelan pahitnya janji2 yang telah dia racuni ke dalam pikiranku. Seandainya saat itu aku tahu di mana dia, ingin rasanya aku melemparkan telur busuk kewajahnya agar dia tahu bahwa hatinya lebih busuk dari telur yang kulemparkan.  Sampai detik ini aku tidak pernah tahu apa alasan dia meninggalkanku. Semog Allah saja yang membalas rasa sakit hati yang aku rasakan.

Saat ini aku mulai sadar bahwa tidak semua laki2 seperti itu, slah satunya adalah ayahku, laki2 terbaik yang ada di dunia ini. Ayah selalu bilang. “ jadilah wanita yang baik, insya Allah kamu akan mendapatkan jodoh yang baik juga”.

“Ya Allah jika memang jodohku masih jauh, dekatkanlah. Permudahkanlah jalanku untuk bisa bertemu dengannya. aku yakin Allah akan memberikan jodoh terbaik yang bisa membahagiakanku di dunia dan juga menuntunku hingga ke surga nanti.”
                                                    
Minggu pagi yang melehkan karena tidak ada pembantu dirumah ini. Setiap hari aku harus membantu ibu membereskan rumah dan memasak, kecuali jika aku berangkat kekampus. Akupun beristirahat sejanak setelah pekerjaan rumah selesai kukerjakan, rambutpun lepek, wajah dipenuhi minyak, dan baju yang hampir menyerupai celemek karena kotor saat memasak tadi.

“ sudah gak punya pacar, kalau hari minggu bukanya diapelin,tapi dikerjain. Malang nian nasibku ini”. Ratapku dalam hati

“ Pak Riski  sarapan!” ajak kak Aisyah kepada rekan kerjanya.

“ya Bu Aisyah terima kasih. Saya sudah sarapan kok di rumah,” jawabnya singkat karena memang sedang asyik mengobrol di teras depan rumah dengan kak Ilham, kakak iparku.

Aku memperhatikan pak riski dari balik jendela ruang tamu sambil berharap dia mau makan masakan yang baru saja kau masak tadi. Ternyata dia tetap tidak mau, padahal kak Aisyah berkali2 menarinya.
Pak Riski memang  sering ke rumahku, sosoknya tampan dengan hidung mancung dan beralis lebat. Kak Aisyah pernah mengatakan bahwa pak Riski tidak akan menyukaiku karena sosok diriku bukan tipe wanita yang dia inginkan.

Akupun segera beranjak dari ruang tamu dan mandi, setelah itu siap2 untuk memenuhi undangan sahabatku yang akan menikah hari ini.
Sesampai di tempat sahabatku, resepsi pernikahan telah di mulai, para tamu berdatangan untuk memberikan ucapan selamat dan berdoa kepada kedua mempelai. Dekorasi yang indah menghiasi pelaminan yang menjulang tinggi dihadapanku.
“Seandainya aku duduk di sana!” harapku sambil memandang Indri, temanku yang menjadi mempelai wanitanya.

“Ayo Nisa, Kapan mau nyusul Indri?” tanya ibunya Indri.

Aku tersenyum. 

Teman2ku pun berkumpul disini, salah satu nya rima,temanku saat duduk dibangku SMP, dia sudah menikah dua tahun lalu.

“Pacar kamu mana, kok  gak diajak?” tanya rima.
“Aku gag punya pacar,” jawabku polos.
“Serius?” rima tak percaya.
Akupun mengangguk.
“Hari gini gak punya pacar?” kata rima sedikit meledek.
“aku gak mau pacaran, pengen langsung nikah !” seruku.

Aku memang bukan wanita pemalu, tapi dalam kamus hidupku, aku berjanji tidak akan mendekati laki2. Tidak pantas seorang muslimah mendekati laki2. Itulah prinsip yang selalu aku pegang teguh hingga saat ini. Karena itu saat menyukai Pak Riski, aku hanya memendamnya dalam hati tanpa berniat sedikitpun mendekatinya.

Nisa pusing,bu. Setiap kali keluar rumah yang ditanyain pacarnya siapa? Kapan nikah? Itukan kesannya Nisa Gak laku”. Keluhku pada ibu.

“Kamukan gak sama seperti mereka. Kamu kuliah, sedangkan merekan hanya lulusan SMA bahkan SMP. Wajarlah mereka berpikir seperti itu, kalau sudah lulus sekolah, yach menikah. Sabar saja, nanti juga lupa” ibu berusaha menenangkan aku.

“Jodoh kamu itu sudah ada, hanya belum dipertemukan Allah. Kalau waktunya sudah tiba, jodoh itu pasti akan datang dalam waktu yang tak terduga. Sabar saja, orang sabar itu disayang Allah!” ayahku menambahkan.

Akupun masuk kamar, jawaban mereka membuatku sedikit lega. Mulai saat ini, aku berjanji akan menjadi orang yang lebih sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Tapi, aku bertanya2, siapakah jodohku Kelak?
Aku tiringat Rannga, anaknya Hj. Amah, tetangga satu RT. Sudah dua tahun dia menunggu jawaban dariku. Dia mengajakku menikah, usianya 34 tahun. Tak aku pungkiri, dia memang mapan dan siap menikah. Tapi, dikampungku keluarganya terkenal sombong karena kaya. Itulah yang membuat kau tidak suka padanya.

Tiba2 wajah Pak Riski hadir dan menari2 di pikiranku, aku jadi ingat senyum hangatnya. Pak Riski adalah rekan kerja kak Ilham dan kak Aisyah. Usianya hanya satu tahun lebih tua dariku. Dia sudah bekerja saat masih duduk dibangku kuliah dan membiayai kulaihnya sendiri. Sikapnya yang ramah dan supel membuatnya mudah bergaul dan disenangi banyak orang. Selai itu, dia juga cerdas dan mandiri. Soal agama, tidak perlu diragukan lagi, karena enam tahun mengenyam pendidikan di pesantren.

Dia memang sudah punya calon istri, pernah suatu hari aku bertemu dengan calon istrinya itu. Calon istrinya itu termasuk keluarga berada. Itu sebabnya kenapa kak Aisyah selalu bilang kalau aku tidak pantas menikah dengan pak Riski.Dari hari kehari, perasaanku kian membaik. Aku lebih sabar dan lebih santai menghadapi orang2 yang menganggapu perawan tua. Aku yakin jodohku akan datang di waktu yang tepat, seperti kata ayah. Jika ada yang bertanya, “kapan mau nikah?”, aku selalu menjawab, “Wallahu a’lam bisswab.”
Tidak hanya itu saja, aku bahagia karena saat ini pak Riski lebih sering mengirimkan SMS untukku walaupun isinya sekedar membangunkanku untuk sholat subuh. Dia bahkan tidak mau aku panggil pak Riski, terlalu tua katannya. Jadi aku memanggilnya kak Riski. Aku tentu saja tidak berani berfiki macam2, aku tahu dia hanya menganggapku sebagai adik dari sahabatnya.

Suatu hari, dia tiba2 mengajakku menemaninya ke resepsi pernikahan temannya yang tidak begitu jauh dari  rumahku.. aku menerimanya karena  kami pergi berempat bersama kak Aisya dan kak Ilham.
Selama kenal dengan kak Riski, aku tidak pernah berbincang lama dengannya, aku lebih sering melihatnya dari kejauhan dan hanya mendengar cerita tentang kak Riski dari kak Aisyah saja. Tapi kali ni dia ada dihadapanku dan aku bisa bebincang2 dengannya.
Walaupun pertemuan itu tidak lama, hal itu benar2 memercikkan kegembiraan di hatiku. Apalagi, aku jadi tahu jika dia tidak jadi menikah dengan calan istrinya yang pernah bertemu denganku itu. Semakin hari, aku semakin tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, perasaan yang seharusnya tidak boleh aku rasakan. AKU MENYAYANGINYA.

“Ya Rabb, Engkaulah yang maha membolak-balikkan hari. Walaupun saati ini dia bukan milik wanita manapun, aku mohon hilangkan perasaan  sayang ini terhadapnya karena itu hanya akan menyakiti diriku sendiri dan aku merasa tidak pantas untuknya.”

Kebahagiaan itu hilang dalam sekejap saat aku tahu ternyata mempelai wanita di resepsi pernikahan kemarin itu adalah wanita  yang dulu pernah disukai kak Riski. Aku tahu dari kak Hasanah, kakak perempuan kak Riski. Aku benar2 merasa dibohongi, ternyata kak Riski mengajakku ke acar itu hanya untuk memanas-manasi wanita yang pernah disukainya itu. Ingin rasanya aku marah.
“Ya Allah cobaan seperti apa lagi ini? Cukuplah aku sakit hati oleh seorang tentara. Aku tidak kuat kalau harus kecewa lagi!”

Pagi yang mendung dan langitpun menangis untukku, hujan rintik2 setia menemani perjalananku ke kampus. Aku akan betemu dengan dosen pembimbing untuk bimbingan skripsi lagi. Sepanjang perjalan, aku terus saja memikirkan kebohongan yang dibuat kak Riski terhadapku.
Mulai hari ini, aku akan melupakannya karena hanya akan membuat konsentrasiku terhadap skripsiku buyar!”.
Tapi, seharian ini kak Riski beberapa kali mengirimkan SMS untukku, aku hanya membalas seperlunya.  Bahkan, sampai kau kembali ke rumah, dia masih mengirimkanku SMS. Akhirnya, pertanyaan di hatiku itu tak bisa kubendung lagi, walau hanya SMS.

Maksudnya apa kak Riski mengajak aku ke acara pernikahan wanita yang pernah kak Riski suka? Kak Riski tega ya bawa aku Cuma buat manas-manasin wanita itu!”

“kakak gag bermaksud seperti itu, kakak memang niat mengajak kamu”, kata  kak  Riski membela diri, lalu menjelaskan panjang lebar alasannya. Namun aku tetap tidak puas.

“kak Riski tuh aneh, tiba2 sering SMS, terus ngajak Nisa nemenin kondangan, maunya apa sich? Nisa gag ngerti, Kak!”

“Maaf nis, mungkin terlau cepat untuk mengatakan hal ini, tapi kak Riski gak bisa membohongi perasaan kakak. Kak Riski sayang sama kamu. Kak  Riski sebenarnya niat mengutarakan hal ini langsung dan bukan lewat SMS. Supaya lebih jelas, sebentar lagi kakak telpon kamu.”

Beberapa menit kemudian, kak Riski menelponku, waktu menunjukkan pukul 23.00 dan penghuni rumah sudah terlelap. Suaranya yang renyah membuat jantungku berdetak lebih kencang. Yang paling membahagiakan adalah saat dia mengatakan ingin mempersuntingku menjadi istrinya. Aku bagaikan mendapat durian runtuh di malam hari.

“Kakak sayang sama kamu, kakak ingin kamu jadi istri kakak!”.

“mengapa kak Riski begitu yakin kalau Nisa jodoh kakak?”

 “kak Riski selalu berdoa bahwa suatu hari nanti akan bertemu dengan wanita terbaik.kakak yakin wanita itu adalah kamu Anisa, wanita yang pantas menjadi anak-anak kakak nantinya,”

Sejenak  aku terdiam dalam hati bersyukur “Subhanallah,alhamdulillah”. Aku tidak bisa berkata-kata lagi, air mataku menitik tanda bahagia.”Terimakasih ya Allah. Terimakasih!”

Malam itu, seumur hidup baru kali ini aku merasakan betapa indahnya jatuh cinta kepada laki2 yang aku idam-idamkan. Aku sampai tidak  bisa tidur karena memikirkanya.
“besok, setelah kamu pulang dari kampus, kakak akan ke rumahmu untuk bicara dengan orang tuamu tentang hubungan kita”.

“Apa aku bermimpi?’ aku cubit pipiku, tapi tersa sakit.
“Subhanallah, aku gak mimpi, ini kenyataan”. Desirku dalam hati, kembali air mataku sungguh tak terbendung.
                                                  
Siang ini, bunga-bunga indah seolah berjatuhan di atas kepalaku dan mengelilingi seluruh tubuh saat aku bertemu dengan kak Riski. Benarkah dia Riski Ramadhan? Laki-laki tampan yang aku impi2kan selama ini. Kini, laki2 itu ada dihadapanku dan membawa sejuta cinta untukku. Aku tak bisa berkata apa2, hanya senyum mengembang yang terus kusebarkan. Kabahagiaan yang tidak bisa ku rangkaikan dengan kata-kata. Lebih bahagia dari gelar sarjana yang akan aku dapatkan minggu depan. Dia telah berhasil mencairkan hatiku yang selama ini membeku, meretaskan keraguan mendalam akan keberadaan seorang laki-laki.

Dia adalah sepenggal mimpi yang menjadi nyata. Buah dari kesabaran, jawaban dari doa-doaku, dan hadiah agung dari Sang Pelindungku. Yang lebih membahagiakan, beberapa bulan lagi kami akan menikah.
“Ya Allah, Jadikannlah Dia Pria Terbaik Untuk Menjadi Teman Hidupku Untuk Merenda Masa Depan dan Menapaki Jalan Ilahi. Amin!”
-------------THE END---------
Pengaran : Nurul Nazara,Indah dan kawan-kawan





2 komentar:

  1. awal baca ta pikir, kisah mz Arfah ndiri..hehe/.....

    BalasHapus
  2. hehhe... wadduh, keren bgt klu kisah ku sperti itu,,
    yach stidaknya ada sdikit dr kisah itu yg hmpir mirip dg khidupanku, makanya tak posting skalian..

    BalasHapus

Tanggapan Anda

My Headlines

Daftarnya Gratis..! Dapat Duit..! Buruan...Pasang Iklan Adsense Camp Di Web/Blog mu

Adsense Indonesia Adsense Indonesia
 

Arfah, S.TP. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Free Blogger Templates Converted into Blogger Template by Bloganol dot com