Kita seakan sudah mencapai puncak
gunung dan dibawah kita terbentang lembah, belantara dan padang rumput, jadi
mari kita duduk sejenak dan bercakap-cakap sebentar. Kita tidak bisa tinggal
disini terlalu lama karena di kejauhan aku melihat puncak yang lebih tinggi
yang harus kita capai sebelum matahari terbenam. Tapi aku tidak akan
meninggalkan tempat ini sebelum kau bahagia, seperti ucapku padamu tempo dulu
bahwa “ aku tak akan pernah meninggalkanmu selama rasa sayang untukku masih di
hatimu,juga tidak akan berjalan selangkahpun sebelum pikiranmu damai.
Kita
sudah mengatasi rintangan yang amat besar bukan?.. rintangan dengan penuh
kebingungan, dan aku mengakui bahwa selama ini aku gigih dan terlalu memaksa,
tapi kegigihanku adalah akibat yg sudah bisa diramalkan dari sesuatu yg lebih
kuat yg disebut kemauan. Aku juga mengaku bahwa aku sudah bertindak tanpa
kebijaksanaan dalam beberapa hal tertentu. Andaikan pengalaman kita sekarang
tidak berlandaskan masa lalu, mungkin semuanya akan bebeda saat ini.
Seandainya
waktu itu aku berada disana dan menceritakannya dengan sekedar kata dari mulut,
secara objektif tanpa segorespun tujuan mementingkan diri sendiri, tidak akan
timbul kesalah pahaman diantara kita. Sudah sejak masa sekolah dulu aku
berusaha sedapat mungkin menghindari kata-kata “Hampa” jika tidak menghubungimu. Dan sekarang masih, kukira kata2
hampa justru jauh lebih mengaburnya. Tapi bagiku, sekarang tampaknya aku belum
benar2 lepas dari hal yg ingin kuhindari itu. Bagiku seakan selama setengah
tahun lewat ini menganggap kepatuhan,toleransi sebagai peninggian drajat dan
keharmonisan. Jika kita merindukan sesuatu, kita menganggap kerinduan itu
sendiri adalah karunia dan rahmat.
Sebenarnya
kita berdua, Kau dan Aku tidak bisa berdiri di bawah sinar matahari dan berkata
“ kita harus menghindarkan diri dari kesengsaraan,
toh tanpa itu kita tetap bisa berhasil dengan baik dan bertahan selama ini”.
Kita tidak akan pernah belajar lebih baik tanpa kesalahan dan kepahitan. Sungguh
kita tidak bisa berbuat apa2 tanpa sesuatu yg membawa kita lebih dekat kepada “diri”
kita yg lebih besar dan hebat serta keajaiban cinta yg kita miliki di dalam
jiwa.
Baru
kemarin kau menawarkan kepadaku konsep cinta baru itu, sungguh aku sedikit buta
dengan konsep, kuminta untuk kau perjelas. Kau tau, ada banyak pertanyaan yg
bermunculan dibenakku saat itu, sejenak aku terdiam mengolah kalimat demi
kalimat darimu. Aku bagaikan menerima mimpi aneh mendengarkannya dengan bahasamu
yg anggun, lembut tapi sangat keras maksudnya. Bagaimanapun itu yg
menggelisahkanku. Tak ada pikiran dan renungan yg lebih berharga dari pada
mimpi aneh yg kualami saat itu.
Kita tak
boleh saling menentang, kita harus mencapai satu pemahaman, dan pemahaman itu
tidak boleh kita capai kecuali kita berbicara dengan nada seperti desiran angin
lembut, tenang dan sejuk dalam kedamaian. Percayalah, aku bukan salah seorang
dari mereka yg menyentuh apa yg suci lalu meninggalkan kotorannya. Akupun bukan
salah satu dari mereka yg karena siang dan malam mersa hampa, lalu mengisi
waktu itu dengan merayu keindahan di depan mata. Aku juga bukan salah satu dari
mereka yg meremehkan risalah hati tentang apa yg telah terikrar.
Masih ingat,Ketika pertama kali aku menulis
kepadamu bahwa “ mengenalmu, mendekatimu, dan mendapatkan cintamu hanya butuh
waktu yg singkat, namun untuk melupakanmu butuh seribu tahun bagiku”, samapai
detik ini aku masih menjalankanya dengan ketaatan. Hanya saja Frekuensi kepercayaanku
yg sangat tinggi kepadamu dan ternyata
itu melalaikanku terhadap pemenuhan kebutuhan jiwa, hati, kasih sayang untukmu.
Maafkan
aku kasih, atas kesibukanku yg akhirnya hanya mengandalkan kepercayaanku dgn pengertianmu.
Karna bagiku dirimu satu2nya wanita terhabat yg pernah kumiliki dengan penuh
kasih sayang, sekali lagi dengan penuh kasih sayang. Meskipun pribadiku
bukanlah pujangga yg stiap saat mampu senangkan hasratmu dgn kalimat2 indah
tapi singkat, namun setidaknya aku mengerti akan sakralnya cinta, aku ingin
mencitaimu layaknya seorang ibu yg melahirkanku hanya sekali dalam hidup hingga
mengahirinya dengan kematian. Aku ingin mencintaimu dgn caraku yg sederhana
tapi memiliki impian yg luar biasa dimasa depan terhadapmu. Jika boleh meminta,
tetaplah menjadi wanita terhebatku dgn penuh kasih sayang yg tak pernah
tergantikan, tegur aku dengan sikap anggun serta kedewasaanmu tanpa rasa takut.
Itu semua demi keseriusan dan impian kita yg akan aku bukitikan padamu, aku
slalu berusaha yg terbaik demi membahagiakanmu kelak, membahagiakan orang2 yg
sama2 kita sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tanggapan Anda